Grebeg Sadranan di Petilasan Keraton Kartasura / LPM Locus
Grebeg Sadranan kembali diselenggarakan tahun ini bertempat di petilasan Keraton Kartasura, pada Kamis (16/3) dengan mengusung tema “Pengembangan Keraton Kartasura sebagai Destinasi Wisata dan Religi”. Acara inti berupa pembacaan zikir tahlil, tausyiah, doa, dan diakhiri pembagian seribu dawet di depan Masjid Hastana di dalam komplek Keraton Kartasura. Turut hadir rombongan keluarga Keraton Kartasura, lurah, camat, dan Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof. Mudhofir Abdullah, beserta komunitas budaya. Juru kunci makam Kartasura, Suryo Hastono Hadi Projonagoro, menerangkan bahwa Grebeg Sadranan adalah tradisi tahunan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan sebagai sarana mengirim doa untuk leluhur yang sudah berpulang mendahului kita. Grebek Sadranan merupakan acara puncak, sebelumnya masyarakat sekitar melakukan “Besik Makam” atau membersihkan area makam Kartasura secara beramai-ramai.
“saya berharap tetap lestari sampai kapanpun sehingga masyarakat dan utamanya pemerintah mengambil peran karena tempat ini (petilasan Keraton Kartasura) bermakna sejarah dan tradisi yang harus dilestarikan,” ujar Gusti Kanjeng Ayu, selaku humas Keraton Kartasura. Serangkaian acara Sadranan terdapat sesi penandatanganan prakarsa Kartasura oleh beberapa elemen masyarakat dalam rangka menjaga dan melestarikan petilasan Kartasura sebagai destinasi wisata dan religi.
Memajukan Sektor Wisata Religi dan Pemberdayaan UMKM
Terlepas dari ceremonial keagamaan, masyarakat Kecamatan Kartasura berkesempatan menjual produk UMKM mereka dan mendapat pembinaan langsung dari kelompok Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Surakarta. Pembinaan ini bertujuan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam memajukan sektor usaha menengah. Selain itu, upaya pembinaan ini diharapkan masyarakat melek akan literasi keuangan. Camat Kartasura, Joko Miranto, mengatakan pandemi telah usai, akhirnya tahun ini tradisi Grebeg Sadranan dapat kembali dilakukan turut mengajak seluruh elemen masyarakat khususnya Warga Kartasura untuk memeriahkan. Joko menambahkan, pentingnya peran dalam kolaborasi antar-elemen baik itu perguruan tinggi, pemerintah daerah, maupun komunitas budaya dalam andil terhadap pembahasan isu-isu terkait. Dengan kajian-kajian dari sisi budaya, ekonomi, dan sosial untuk mengawal bagaimana kebudayaan Kartasura ini bisa dikenal oleh generasi-generasi selanjutnya. Ia berharap agar mendapatkan perhatian lebih lanjut baik dari pemerintah daerah maupun pusat sehingga selain untuk menghormati arwah-arwah para leluhur dan melestarikan budaya juga nantinya UMKM ikut diberdayakan. Harapan ini turut mendapat dukungan dari Rektor UIN Raden Mas Said, Prof. Mudhofir, “saya kira dengan kerjasama keempat komponen mampu membawa tempat ini menjadi industri wisata yang mengedepankan nilai sejarah tidak untuk kepentingan masing-masing pihak,” imbuhnya.
Penulis: Kukuh Satrya, Devi Mutiara
Penyunting naskah: Aqila Ahya Mumtaza Atmoko