Locus.ac.id- Pada Kamis (16/07) pukul 15.40 massa aksi dari Aliansi Solo Bergerak tiba di depan Pasar Gedhe. Massa yang berjumlah kurang lebih 300 orang itu melakukan long march dengan orasi, pembacaan puisi dan nyanyian buruh tani dari Pasar Gedhe sampai Gladak. Mereka bersatu menyuarakan tiga grand issue yang berupa Tolak RUU Cipta Lapangan Kerja (Cilaka), sahkan RUU penghapusan kekerasan seksual (PKS), dan gratiskan pendidikan selama pandemi.
“Budaya wakil rakyat yaitu budaya yang menindas rakyat kecil. Keadilan sosial bagi seluruh oligarki,” teriak salah satu orator dari pelajar.
Setiap perwakilan organisasi dan gerakan melakukan orasi bergiliran dan sesekali massa aksi menyahut ucapan orator.
“Hidup rakyat, hidup buruh, hidup petani, hidup mahasiswa, hidup pelajar, hidup rakyat miskin kota. Hidup!”
Dalam aksi ini massa sebisa mungkin melaksanakan protokol pencegahan COVID-19 seperti menggunakan masker, tapi mereka tidak mengindahkan aturan physical distancing yang ditetapkan pemerintah.
Salah satu orator menyatakan bahwa kalian para penguasa, minum kalian berasal dari keringat kami yang kalian peras. Kekayaan kalian berasal dari harta kami yang kalian rampas. Menurutnya para penguasa tidak berperikemanusiaan dan tidak mementingkan rakyat kecil.
Beberapa massa aksi memegang poster “Hentikan segala bentuk kriminalisasi, represifitas, dan pembungkaman ruang demokrasi terhadap gerakan rakyat prodemokrasi”, “Tindas buruh dahulu, korupsi lancar kemudian,” dan beberapa membawa bendera aliansi identitas mereka.
Sedangkan polisi sudah berjaga di depan balai kota sejak kira-kira pukul dua siang. Beberapa jalan sempat dialihkan saat massa sudah memasuki bundaran Gladhak. Jalan yang dialihkan antara lain Jl. Slamet Riyadi dan Jl. Sudirman.
Pukul 16.48 massa aksi tiba di depan Balai Kota Surakarta untuk menaruh beberapa poster sebagai simbolik ponolakan rakyat terhadap Omnibus Law. Setelah itu massa mulai berjalan lagi menuju Gladak. Setibanya di bundaran, mereka berbaris melingkar mendengarkan orasi dari perwakilan aliansi.
“Alerta! Alerta! Alerta!” sorak massa terdengar kembali.
Namun ada pemandangan menarik di tengah riuh massa, tiga orang massa membawa bendera dan berlari mengitari bundaran, setelahnya mereka meletakkan beberapa spanduk dan poster di atas patung Soekarno.
Febriona, salah satu aksi massa menyatakan bahwa dia tidak terima RUU PKS dikeluarkan dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas), karena pengalaman pribadinya sebagai perempuan yang mengenakan cadar saja masih terkena pelecehan seksual. Dia akan terus memperjuangkan agar disahkannya RUU PKS.
Salah seorang pendemo perempuan melalui pengeras suara mengakhiri aksi dengan pembacaan puisi diiringi lagu Buruh Juang. Aksi selesai pukul 18.20 dengan damai.
Reporter : Alfida N
Editor : Mellya Rahman
Foto : Mellya Rhaman