Sejumlah orang berpakaian serba hitam bergabung dalam Aksi Kamisan Solo ke-78 di Bundaran Gladag, Kamis sore (10/03).
Massa pada aksi sore itu memprotes persoalan perampasan ruang hidup warga Wadas atas penggalian tambang batu andesit di Desa Wadas. Aksi yang mulai pukul 16.30 itu diwarnai dengan penyampaian orasi, dan nyanyian lagu Buruh Tani, sebagai bentuk simbol solidaritas penyemangat mereka terhadap Wadas.
“Bisa saja jika Wadas kembali mengalami kekalahan seperti tempat lainnya, jika saja solidaritas tidak ditingkatkan dari sebelumnya maka akan ada daerah-daerah yang baru seperti Wadas yang diperlakukan sewenang-wenang oleh negara,” ujar seorang orator di hadapan massa aksi.
Solidaritas yang dilakukan massa aksi ini turut mendukung Warga Wadas dalam mempertahankan mata rantai kehidupan mereka. Mereka mengecam tindakan represif aparat kepada warga sebagai upaya mengawal hak-hak asasi manusia serta ekologis. Selain itu, menurut massa aksi, izin AMDAL terkait penambangan mengalami kecacatan sehingga menjadi wajar ketika warga berusaha keras mempertahankan lahan mereka.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar, dinilai datang ke Wadas hanya untuk keperluan politis, beliau berdalih bahwa konflik di Wadas hanyalah konflik horizontal, padahal hal yang diinginkan warga adalah penghentian pembangunan bendungan. “(Ganjar) banci yang memakai jabatan gubernur!” sambung orator.
Lebih lanjut, massa Kamisan Solo pun mencoba mengingatkan masyarakat luas bahwa masih banyak bentuk pelanggaran HAM di negara kita. “Jangan merasa nyaman ketika kita tidak menjadi korban (pelanggaran HAM), tapi justru kita berada di bawah ancaman,” ujar Is, koordinator lapangan aksi.
Massa aksi juga membentangkan spanduk bertuliskan “Tuanku ya investor, gubernur cuma disuruh Megawati”. Spanduk tersebut sebagai bentuk sindiran kepada Ganjar di bio Instagram-nya ketika Gubernur Jawa Tengah tersebut meloloskan izin tambang Wadas.
Noah, seorang peserta Aksi Kamisan ini menyebutkan bahwa alasannya ikut aksi adalah sebagai bentuk tekanan terhadap pemerintah agar segera menyelesaikan pelanggaran HAM yang terjadi.
“Dari dulu perampasan lahan jadi musuh utama karena negara makin semena-mena merampas lahan petani, entah warga di kampung kota dengan dalih kepentingan umum,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan Bachtiar. Ia mengecam agar pemerintah dengan segera mengentikan segala aktivitasnya di sekitar Wadas. “Hentikan segala operasi yang dilakukan di Wadas,” kata dia.
Reporter: Aqila Ahya, Pratika Avi, Qoulan Sadida
Editor: Alfida