September Hitam: Mahasiswa Solo Raya Tuntut Keadilan HAM

  • By locus
  • September 25, 2024
  • 0
  • 93 Views

 

Foto oleh: Sahnata

Solo, 24 September 2024 – Aliansi mahasiswa yang tergabung dalam BEM Solo Raya menggelar aksi di Tugu Kartasura untuk memperingati “September Hitam” dan menuntut penuntasan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang belum terselesaikan di Indonesia. Aksi ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai kampus di Solo Raya.

Naufal, Presiden Mahasiswa Universitas Duta Bangsa (UDB), menyampaikan kekecewaannya terhadap lambatnya penanganan kasus pelanggaran HAM oleh pemerintah. “Kami sudah sangat kecewa. Kami menuntut pemerintah untuk segera menyelesaikan kasus-kasus HAM ini. Kita hanya bisa menyuarakan, semakin berharap, semakin dikecewakan,” ungkap Naufal.

Rozin Alfianto, Koordinator Pusat BEM Solo Raya sekaligus mantan Presiden Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Surakarta, menekankan bahwa aksi ini adalah untuk mengingatkan kembali masyarakat agar tidak menutup mata terhadap keadilan. “Kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama menuntut keadilan dari pemerintah. Kami tidak ingin masyarakat menutup mata terhadap sejarah kelam yang pernah terjadi di negeri ini,” tegasnya.

Ada total 14 poin tuntutan yang disampaikan pada aksi ini, antara lain yaitu:

  1. Tragedi Tanjung Priok,
  2. Tragedi Semanggi II,
  3. Kasus Munir,
  4. Tragedi Reformasi Dikorupsi,
  5. Kasus Rempang,
  6. Kasus Penganiayaan Masyarakat Boyolali,
  7. Tragedi Kanjuruhan,
  8. Kekerasan Terhadap Perempuan di Wonogiri,
  9. Kasus Jual Beli Manusia Solo,
  10. Tragedi Salim Kancil,
  11. Tragedi dan Kasus Oendeta Yeremia,
  12. Kekerasan Intoleran di Pasar Kliwon, Solo,
  13. Hari Tani, dan
  14. Kasus Agraria.

Selain orasi, aksi tersebut diwarnai dengan penyalaan lilin dan doa bersama sebagai bentuk solidaritas kepada para korban pelanggaran HAM. “Kami tetap merawat ingatan tentang kasus-kasus pelanggaran HAM dan menuntut agar kasus-kasus ini tidak dilupakan,” tambah Syaifullah, Presiden Mahasiswa IMM.

Di tengah aksi, peserta juga melakukan pembakaran ban sebagai simbolis protes, tetapi situasi tetap berjalan dengan kondusif. Aksi berjalan damai dengan iring-iringan mahasiswa dari RS PKU Muhammadiyah hingga Tugu Kartasura, diselingi orasi, pembacaan puisi, dan tabur bunga sebagai simbol matinya Hak Asasi Manusia di Indonesia. Meski sempat mengalami keterlambatan akibat kendala teknis, para peserta tetap melanjutkan aksi dengan penuh semangat.

Penulis  : Vanessa Agustin

Reporter : Sahnata Tia Sakinah, Muhammad Ghozy Al-Faruq, Vanessa Agustin

Editor    : Izza

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.