Pagi itu sangat cerah, secerah baju olahraga Syafa yang berwarna kuning dan hijau. Syafa Talita Putri Haryanto adalah siswi dari kelas dua belas IPA 1. Ia berjalan melalui koridor-koridor kelas XII IPA menuju ke kelasnya. Terlihat Dion dan teman satu gengnya yang terkenal di SMA itu sedang asyik duduk mengobrol di gazebo depan kelas Syafa padahal mereka adalah anak IPS tapi memang sering nongkrong di area kelas IPA.
“Hai, Syafa selamat pagi,” sapa Lary teman Dion yang paling centil.
Melihat hal itu, Syafa buru-buru pergi menuju kelasnya karena Syafa merupakan siswi yang terkenal introvert dan pemalu.
“Apaan sih lu, Lar. Tiap ada cewek lu godain kasian tuh si Syafa takut ama lu,” ejek Yoland sambil teman Dion yang paling keren dan disukai banyak cewek. Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi dan tiga manusia-manusia itu segera beranjak dari gazebo menuju ke kelas.
“Tau gak lu, Syafa tuh Bapaknya TNI jangan macem-macem sama dia kalo lu masih mau makan soto Bu Inem yang enaknya tak tertandingi itu,” ujar Yoland sambil menepuk-nepuk bahu Lary.
Memang, soto Bu Inem adalah makanan terfavorit seluruh siswa di SMA Pertiwi bahkan Lary bisa makan sampai tiga piring setiap harinya.
“Seriusan lu, gak lagi-lagi godain Syafa deh takut gak panjang umur gua,” ucap Lary sambil berkidik.
Mendengar hal itu Dion dalam batin berkata, “kesempatan nih, buat gua yang pengen masuk TNI abis lulus SMA. Gua harus coba deketin Syafa dan papanya buat bantuin masuk TNI soalnya sekarang kan banyak yang pake jalur orang dalam sedangkan gua dan keluarga gak punya kenalan TNI sama sekali.”
Setelah jam masuk dan pelajaran sudah berlangsung selama satu jam. Dion tiba-tiba ingin ke kamar mandi dan setelah ke kamar mandi menuju kelasnya ia melihat Syafa yang duduk sendirian di ayunan pinggir lapangan sambil melihat teman-temannya yang asyik dengan kegiatan mereka masing-masing. Ia menghampiri Syafa dan duduk di sebelahnya.
“Hai, Syafa aku boleh duduk di sini, kan?” ucap Dion sambil tersenyum.
Dion sangat terkenal dalam bidang olahraga terutama basket di SMA Pertiwi ditambah parasnya yang cukup tampan dan cool membuat gadis-gadis tergila-gila padanya. Syafa hanya menjawab dengan anggukan dan menunduk ke bawah. Tak ingin lama basa-basi Dion langsung meminta username instagram Syafa untuk mengawali niat buruknya yang ingin memanfaatkan Syafa dan keluarganya. Setelah itu Dion pergi dan sepulang sekolah ia mengikuti Instagram Syafa dan mulai chattingan dengannya.
Tiga minggu pendekatan, akhirnya Dion menyatakan cinta palsunya kepada Syafa yang sudah dibuatnya baper dengan rayuan-rayuan chat-nya. Syafa menerima saja Dion menjadi pacarnya sampai Lary dan Yoland mengetahui hal itu dan membeberkan ke anak-anak satu sekolah. Satu bulan jadian Dion satu langkah lebih maju dengan cara ingin mengenal keluarga Syafa.
Sore itu Dion ingin mengajak Syafa ke bazar buku dan menjemput Syafa di rumahnya. Sepulang dari bazar buku Dion mengantarkan Syafa pulang bahkan main catur dengan ayahnya Syafa. Melihat hal itu, Syafa sangat senang meski tanpa ia ketahui Dion hanya sedang berpura-pura.
“Dion, rencanamu kalau udah lulus SMA mau kuliah kemana?” tanya ayah Syafa sambil meneguk secangkir kopi.
“Kalau aku rencananya pengen jadi kaya Om Haryanto, jadi abdi Negara biar bisa ngelindungin Negara sekaligus Syafa,” jawab Dion yang masih sempat berani menggombal. Syafa yang mendengar hal itu tersenyum malu dia pikir Dion itu serius dengan pekataannya.
“Wahh, bakalan punya menantu abdi negara nanti kita, Mah,” ucap Ayah Syafa.
“Semoga lolos ya, Di. Semangat latihan fisiknya dan jangan lupa rajin berdoa,” kata Mama Syafa yang sedang menyiapkan makan malam bersama Syafa. Kemudian Mereka berempat duduk untuk makan malam.
“Om, dulu pas waktu daftar TNI soalnya susah-susah gak, Om? Terus latihan fisiknya gimana aja?” tanya Dion.
“Dulu Om ikut les privat untuk belajar soal-soalnya. Kamu enggak usah ikut les privat nanti gampang urusan itu mah ada temen Om yang bisa bantu lolosin kamu di tes tulis. Untuk tes fisik nanti Om yang melatih fisik kamu biar tambah keren,” jawab Ayah Syafa.
Dion langsung tersenyum lebar mendengar jawaban Ayah Syafa yang memang berniat membantunya masuk dengan cara cuma-cuma. Setelah kejadian kala itu, setiap sore Dion berlatih fisik di lapangan dekat rumah Syafa dengan dibantu oleh Ayah Syafa. Sedangkan Syafa selalu menemani Dion latihan sambil belajar soal-soal SBMPTN karena ia ingin masuk prodi Hubungan Internasional di PTN ternama.
“Semangat, Dion,” ucap Syafa sambil tersenyum ke arah Dion.
Dion menjawab dengan lambaian tangan. Tiga bulan berlalu setelah waktu kelulusan SMA. Dion sudah bersiap mengerjakan soal-soal tulis dalam ujian masuk TNI. Dion pun lulus dengan bantuan teman ayah Syafa yang sebelumnya sudah dihubungi dan bekerjasama dengannya. Tes fisik pun Dion lulus karena dia sudah berperawakan tinggi besar, lagi pula dia juga termasuk atlet basket di SMA Pertiwi yang jelas sudah memiliki bekal fisik bagus. Setelah Dion dinyatakan lulus dan ia melaksanakan masa pendidikan. Sedangkan Syafa tidak lolos SBMPTN dan terpaksa berhenti tidak kuliah satu tahun dan mengikuti SBMPTN lagi di tahun depan.
Saat masa pendidikan berjalan, Dion dan Syafa lost contact dan ia tidak merasa curiga dan takut ditinggalkan oleh Dion. Syafa berpikir dalam masa pendidikan jarang sekali ada waktu untuk Dion memegang ponsel. Namun, ia salah. Dion mengubah nomor handphone dan diam-diam punya kekasih lain seorang perempuan yang kuliah di prodi kedokteran.
Ketika masa pendidikannya habis Syafa tidak diundang oleh Dion datang ke acara kelulusannya. Namun, ia sengaja datang karena diberitahu oleh ayahnya. Sesampainya di sana, ia melihat Dion sedang asyik berfoto mesra dengan wanita lain. Syafa menghampiri mereka dan berkata, “Dion, siapa perempuan ini? Kakakmu ya?”
“Enak aja kalo ngomong, gua pacarnya Dion. Oh, lu tuh Syafa si anak cupu itu?” kata Eka si perempuan perebut pacar orang.
“Syafa kenalin ini Eka pacar baru aku dia calon dokter, gak seperti kamu yang belum jelas masa depannya. Maaf ya, kita sampai di sini aja, kamu tuh cuma batu loncatan buat aku gak lebih,” ucap Dion tanpa rasa bersalah dan malu.
Mereka berdua pergi meninggalkan Syafa yang menangis sendirian di tempat. Setelah itu Syafa pergi ke lapangan tempat ia belajar soal-soal SBMPTN dan menemani Dion berlatih fisik. Ia menangis dan mengingat masa-masa Dion menjadi pacarnya. Setelah dua jam menangis ia pulang dan sesampainya di rumah mamanya Syafa melihat mata anaknya yang sembab akibat menangis.
“Syafa kamu kenapa? Gimana dengan acara kelulusan Dion?” tanya Mama sambil menghampiri dan khawatir dengan anaknya.
“Aku putus dengan Dion, Mah. Ternyata Dion hanya memanfaatkan keluarga kita untuk meraih impiannya. Dia juga sudah punya pacar lagi.Tapi mama jangan bilang sama Ayah kalau Dion seperti itu, bisa-bisa Dion dipukuli sama ayah. Biarkan Dion bahagia dengan dunianya yang sekarang,” ucap Syafa sambil memeluk mamanya.
“Yang sabar ya, Nak. Kamu anak baik dan akan mendapatkan apa yang lebih baik dari Dion. Dia enggak pantas buat kamu, sama sekali enggak. Mama akan diam dan tutup mulut atas hal ini asalkan kamu enggak boleh nangisin laki-laki tak tau diri itu. Fokus dengan impianmu saja tidak usah mengingat anak itu,” kata Mama memeluk dan mengelus-elus rambut anaknya.
Penulis : Atik Irmawati (Magang)
Editor : Ahmad Thohari