MEMBUAT KAMPUS LEBIH CERIA DENGAN MELAWAN PEMBAJAKAN RUANG POLITIK
sumber ilustrasi : pinterest.com
Hari ini, di hadapan kita, terbentang situasi yang mendorong kita untuk bersama-sama menguliti realitas yang terkadang pahit namun tak bisa lagi diabaikan. Saat ini, kita menyaksikan eksekutif kampus yang telah diperkuda oleh jabatan, menjalankan manuver-manuver politik yang tidak hanya menghantam dasar-dasar demokrasi, tetapi juga menggoreskan luka pada hati nurani segenap civitas akademik kampus.
Demokrasi yang semestinya menjadi roh dari suatu institusi pendidikan telah dibajak oleh kepentingan sempit golongan tertentu. Niat baik untuk membawa kemajuan dan perubahan positif, sayangnya, terkubur dalam reruntuhan ketidakadilan. Oposisi, yang pada hakekatnya adalah jantung perdebatan dan ruang pertukaran gagasan, dimatikan total. Kritik konstruktif pun dibungkam dan saat ini kita berada dibawah bayang-bayang kebenaran yang semu.
“HIMBAUAN JANGAN MAU DI WAWANCARA, APALAGI DARI LOCUS
WASPADA SELEBARAN JUGA, KALAU ADA YANG DIWAWANCARAI, DAPAT LANGSUNG LAPOR SAYA.”
Kontrol media yang dibatasi menghasilkan narasi yang mencoreng nilai-nilai kebenaran. Wacana pembenaran dilontarkan dari satu pintu, membingkai kenyataan yang sebenarnya jauh dari kenyataan yang terjadi. Media harus menjadi cermin yang menggambarkan kenyataan, bukan alat yang mengaburkannya. Ketika media diperangkap dalam jaring-jaring politik yang merugikan, maka kontrol atas informasi dan kebenaran berpindah tangan, dan itu bukanlah panggilan kepada keadilan yang adil.
Politik identitas yang diusung bukan lagi tentang mewakili suara-suara yang terpinggirkan, tetapi menjadi alat untuk memastikan hegemoni tertentu berjalan sesuai rencana. Identitas yang semestinya menghubungkan, kini memisahkan. Identitas bukanlah batu sandungan yang menghalangi langkah harmoni, tetapi bahan bangunan yang membentuk fondasi yang kokoh bagi persatuan dan keberagaman.
Saudara-saudara yang berani dan berjuang untuk kebenaran, kita tidak bisa hanya berdiam diri melihat pemandangan yang menjijikkan ini. Kita adalah suara yang harus ditinggikan, tindakan yang harus diambil. Kita adalah pelindung demokrasi, pengawal kebenaran, dan perekat keadilan. Kita tidak boleh membiarkan ambisi sempit dan kepentingan sempit merusak nilai-nilai yang kita junjung tinggi.
Berkumpullah dalam semangat yang sama, terangkat oleh nurani yang sama. Kita akan berjuang melawan politik yang merusak, kita akan merestorasi demokrasi yang terjungkal. Kami berdiri untuk memastikan suara-suara kebenaran masih terdengar, dan cerita-cerita keadilan masih dihargai.
Ingatlah, saudara-saudari, bahwa kita adalah pelaku sejarah. Dengan tindakan kita, dengan penolakan kita untuk membiarkan hal ini terus berlanjut, kita munculkan kebangkitan dari bayang-bayang kekuasaan yang mengakar dalam kepentingan diri.
Saudara-saudara yang berdiri hari ini, mari kita bersatu dalam melawan tirani kata-kata yang tak sejalan dengan tindakan. Mari kita padukan suara kita menjadi satu, menyerukan kepada dunia bahwa niat baik yang mati, akan bangkit kembali dalam aksi-aksi nyata yang menuntun kita menuju masa depan yang adil. Kita takkan terpancing oleh omong kosong dan manipulasi. Kita adalah perubahan yang kita inginkan, dan bersama, kita akan menjaga kebenaran bersinar terang di tengah gelapnya manipulasi. Terima kasih, dan marilah kita terus bersatu untuk membawa keadilan dan kebenaran kepada semua.
Naskah ini ditulis oleh Elsa Lailatul Marfu’ah dan ditampilkan oleh Salsabil Muti dalam orasi LPM Locus saat UKM Fire 2023 dan. Dalam orasi ini, LPM Locus mengkritisi pembajakan ruang publik dan pembatasan akses media untuk meliput kasus sponsorship pinjol dalam penyelenggaraan kegiatan PBAK 2023.