MAHASISWA MINTA TINDAK LANJUT TUNTUTAN KEPADA PEMERINTAH DALAM AKSI SOLO RAYA MENGGUGAT

  • By locus
  • April 17, 2022
  • 0
  • 339 Views
Foto: LPM Locus/ Aqila Ahya

Teriknya matahari pada bulan Ramadhan tidak lantas membuat mahasiswa enggan untuk menyuarakan aspirasinya. Kamis (14/4), ratusan mahasiswa dari beberapa kampus tergabung dalam aksi ‘BEM Solo Raya Menggugat’ melakukan demonstrasi di Bundaran Gladak Surakarta. Massa berkumpul di Ngarsopuro pukul dua siang, dengan menggunakan jas almamater kampus kebanggaan masing-masing.

Di sepanjang jalan, terlihat ratusan aparat kepolisian ikut berjaga mengawal long march masa aksi. Meski demikian, suara-suara mahasiswa tetap bergema menyanyikan lagu-lagu sindiran kepada pemerintah dalam perjalanannya menuju bundaran.

“Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia, hidup perempuan yang melawan!” seruan pemantik semangat yang dipimpin orator aksi.

Setelah memadatkan barisan di depan patung Slamet Riyadi, lontaran berbagai tuntutan pun mulai terdengar. Beberapa mahasiswa silih berganti menaiki mobil pickup dengan menggenggam pengeras suara di tangannya. Kekecewaan mahasiswa terhadap oligarki terlontarkan dari berbagai spanduk tuntutan dan orasi yang disampaikan.

Aksi tersebut melayangkan beberapa tuntutan. Massa aksi menuntut pemerintah agar mengkaji ulang Undang-Undang IKN. Pemerintah dirasa terlalu terburu-buru dengan mengesahkan UU IKN dalam kurun waktu lima bulan.

Adit, salah satu massa aksi, sangat menyayangkan hal ini. Menurutnya, pemerintah seharusnya membantu perekonomian masyarakat dengan menjaga harga kebutuhan pokok agar stabil, bukan malah sibuk mengesahkan IKN yang jelas-jelas bukan prioritas bangsa.

“Pemerintah sibuk mendirikan ibu kota baru, sedangkan masyarakat kecil di sana sedang susah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar pria yang juga menjabat ketua BEM di UIN Raden Mas Said itu.

Widi, melayangkan kekecewaan serupa. Kenaikan harga BBM dan minyak goreng akan membawa dampak buruk bagi kebutuhan hidup masyarakat. Pemerintah seharusnya mau mendengar keresahan masyarakat.

“Kalau ini memang benar-benar tidak didengarkan, mungkin memang tuli juga pemerintah itu. Padahal aksi kita terkait BBM, minyak goreng hampir di setiap daerah menyuarakan,” tambah koordinator lapangan aksi ini.

Sedangkan menurut salah satu mahasiswa UNIBA, dengan jas almamater warna biru muda di badannya, tuntutan yang paling penting adalah harga minyak goreng yang menjulang tinggi.

“Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di dunia tidak ada hubungannya dengan naiknya harga minyak akibat perang Ukraina dan Rusia. Hal itu sangat tidak masuk akal jika minyak goreng menjadi langka,” jelasnya.

Pukul 16.50 WIB kumpulan mahasiswa perlahan meninggalkan lokasi. Mereka berjalan beriringan menuju Ngarsopuro sembari tetap menyuarakan orasi-orasinya. Aksi ini selesai ditandai dengan kembalinya massa ke Ngarsopuro. Tak ada kericuhan, hanya sampah-sampah plastik yang tertinggal di sepanjang area aksi. Satu dua orang yang juga massa aksi mengumpulkannya ke dalam plastik sampah.

Tak jauh dari situ, Ade S Simanjuntak, Kapolres Surakarta, terlihat dikelilingi beberapa orang dengan gawai yang diarahkan kepadanya. Ia menyampaikan aksi tersebut dalam pantauan dan keamanan oleh Pemprov Surakarta, Kodim 0735 Surakarta, dan Pemkab Surakarta.

“Saya berterimakasih kepada BEM se-Soloraya serta korlap yang berfungsi dengan baik, sehingga aksi turun di jalan ini dapat berlangsung dengan damai dan lancar sampai akhir,” ujarnya saat diwawancarai media.

Reporter: Devi, Atik, Lisya
Penulis: Atik
Fotografer: Aqila, Qoulan
Editor: Alfida

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.