Dumask Indonesia hadir sebagai solusi untuk permasalahan sampah masker di masyarakat. Koordinator Dumask Indonesia, Ilham Zulfa Pradipta, saat ditemui di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa Dumask atau drop used-mask Indonesia merupakan projek Program Penelitian Kolaborasi Indonesia (PPKI) tahun 2021—2023.
Langkah Dumask ini diambil berdasarkan pada Surat Edaran Nomor SE.3/MENLHK/PSLB3/PLB.3/3/2021 tentang Pengelolaan Limbah B3 dan Sampah dari Penanganan Corona Virus Disease – 19 sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah daerah dalam penyediaan dan pengelolaan limbah B3 atau masker.
“Dumask ini merupakan salah satu program PPKI, ya, yang diinisiasi oleh Pak Chandra yang fokus ke lingkungan karena keprihatinan terhadap sampah masker ini,” jelas Ilham Zulfa Pradipta kepada Locus. Perlu diketahui bahwa Dumask Indonesia menerima sampah masker dan sarung tangan hanya dari masyarakat, bukan dari rumah sakit dan fasilitas kesehatan.
Limbah masker dan sarung tangan bekas pakai sangat berbahaya bagi lingkungan, apalagi jika tidak dikelola dengan baik dan benar. Limbah medis yang tercecer ke laut misalnya, akan menganggu ekosistem perairan, biota-biota laut akan mudah terjerat dengan sampah-sampah masker dan tidak menutup kemungkinan, ikan-ikan di laut akan ikut memakan sampah tersebut.
Berdasarkan laporan The Independent, kantor berita pers Inggris melaporkan bahwa sekitar 129 miliar masker digunakan per bulan dan ada sekitar 1,6 miliar masker sekali pakai berakhir di lautan menurut laporan Ocean Asia pada tahun 2020.
Ketidaktahuan dan lemahnya kesadaran menjadi hal dominan di tengah masyarakat yang bersikap tak acuh terhadap limbah masker ini “jadi kami hadir di tengah masyarakat (dalam bentuk drop box) untuk memudahkan mereka membuang maskernya di tempat yang tepat,” tambahnya.
Hadirnya Dumask disambut baik oleh masyarakat, Athar (19), mahasiswa Teknik Biomedis UGM ini mengapresiasi usaha Dumask dalam penanganan sampah masker dan sarung tangan medis dari masyarakat. “Sangat bagus tentunya. Selain menjaga higiene para tukang sampah atau pemulung, kegiatan ini tentunya mendukung poin SDGs (sustainable development goals) ke-13 yang mendukung adanya aksi peperangan melawan perubahan iklim,” ujarnya.
Masyarakat dapat langsung menaruh bekas masker mereka di tempat-tempat yang telah disediakan oleh Dumask atau bisa mengirimkannya langsung ke workshop mereka melalui paket dari seluruh Indonesia dan biaya pengiriman ditanggung oleh pengirim.
Sampai tanggal 3 Desember 2021, Dumask sendiri sudah mampu mengumpulkan sebanyak 280 kilogram masker bekas pakai. “Data sampah masker yang terkumpul di Dumask Indonesia bisa dicek di laman dumask.id,” ujar dia.
Nantinya, baik sampah masker maupun sarung tangan bekas tersebut akan melalui tahapan peleburan melalui proses pirolisis pada suhu tinggi sehingga membunuh kuman dan virus yang menempel pada masker dan sarung tangan bekas itu.
Dari pemrosesan peleburan limbah masker dan sarung tangan tersebut, Ilham menjamin bahwa masker-masker dan sarung tangan itu akan dilebur menjadi arang, tidak didaur ulang untuk digunakan lagi. Selain itu, zat yang keluar dari mesin pelebur akan diminimalisasi kadar karbonnya dan dimanfaatkan untuk dijadikan minyak bumi. Dumask sampai saat ini masih menerima kemitraan bila ada pihak-pihak yang ingin bekerja sama dalam menanggulangi sampah masker dengan menghubungi langsung ke Mas Ilham Zulfa Pradipta selaku koordinator lapangan Dumask Indonesia.
Penulis : Aqila Ahya
Editor : Ahmad