Surakarta (22/08), kampus UIN Raden Mas Said Surakarta menggelar acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) secara luring setelah dua tahun dilakukan secara daring. Acara diawali dengan opening ceremony diisi sambutan – sambutan dari ketua panitia, ketua DEMA Universitas, dan Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Mudofir. Dilanjutkan dengan serangkaian materi ke-UIN-an, ke-fakultasan, ke-Siakad-an, lalu ditutup dengan pengenalan Ormawa dan orasi mahasiswa.
Di tengah kekhidmatan PBAK hari pertama, Nabil, mahasiswa baru Fakultas Syariah menyayangkan terkait konsumsi pada hari pertama. Dirinya mendapati nasi basi saat tengah makan siang.
“Aku dikasih makan tapi ngga enak ayamnya bau, nasinya basi pas makan siang,” ungkap Nabil.
Hal serupa dirasakan mahasiswa lainnya, “dikasih makan tapi harus nunggu karena makanannya basi terus dibeliin lagi,” jelas Firda’us dari Fakultas Adab dan Bahasa.
Klarifikasi Konsumsi Basi
Menanggapi hal ini, Mahasin mengatakan adanya keluhan mahasiswa baru yang mendapat makanan basi berada di luar kendali panitia. Panitia juga langsung mengganti makanan yang basi dengan makanan baru yang layak konsumsi. Ketua PBAK 2022 itu juga berharap agar kesalahan ini tidak terulang lagi di hari berikutnya.
Namun, hingga hari terakhir PBAK masih juga ada beberapa mahasiswa mengeluhan hal yang sama. “Makanannya kayak mau basi gitu terus tadi juga ada satu (temannya) yang enggak ada lauknya,” jelas Yasmine, mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah. Ia juga memberi saran agar panitia lebih teliti memeriksa kondisi makanan sebelum diberikan kepada mereka.
Saif salah satu protokoler Divisi Humas juga mendapat pengalaman makanan basi waktu PBAK. Ia dan mahasiswa yang mendapat konsumsi basi tersebut langsung menukarkan dengan konsumsi yang layak makan.
“Mahasiswa pendamping mengembalikan nasi yang basi terus ditukarkan kepada panitia, berhubung karena kita sudah memesan dalam jumlah banyak, kita lebihkan dari jumlah seluruh peserta dan panitia yang ada jadi langsung ada penggantinya,” terangnya.
Pernyataan Saif sependapat dengan apa yang diungkapkan Mahasin, karena konsumsi yang dipesan dalam jumlah ribuan tentu membutuhkan waktu lama untuk membuatnya dan hal tersebut mungkin menyebabkan beberapa makanan yang dibuat diawal di antaranya basi, atau sedikit tidak layak untuk dikonsumsi.
Alasan panitia memberikan konsumsi dengan lauk kering adalah untuk menghindari adanya makanan basi. Namun, di luar dugaan pada hari PBAK selanjutnya konsumsi tetap ada yang basi dan harus ditukarkan kembali hingga akhirnya pembagian makan mengalami keterlambatan.
Mirisnya, saat wartawan LOCUS bertanya dari mana anggaran pelaksanaan PBAK UIN Surakarta. Ketua PBAK 2022 melayangkan bahwa sampai hari pelaksanaan PBAK pihak rektorat belum memberi dana.
“Kita sebelumnya sifatnya talang. Artinya dari kegiatan-kegiatan kemarin itu saving-nya untuk kegiatan hari ini,” ujar Mahasin.
Akibatnya, pengeluaran membengkak dan banyak hal di luar teknis yang harus ditanggung oleh panitia. Hingga hari kedua (23/08), kekurangan tersebut ditanggulangi dengan sistem Down Payment atau pembayaran uang muka.
Dilematis Pendanaan Acara PBAK dan UKM Fire
Merujuk putusan DirJen Pendidikan Islam Nomor 4962 Tahun 2016, tentang Pedoman Umum Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Sumber biaya pelaksanaan PBAK dibebankan kepada PNPB/BLU dan atau sumber lain yang besarnya ditentukan dengan Surat Keputusan Pimpinan PTKIN yang bersangkutan.
Sedangkan memasuki hari kedua PBAK pendanaan belum cair dari rektorat. Hal ini membuat panitia pelaksana mengalami kesulitan untuk mempersiapkan acara.
Awal Agustus, Paguyuban Unit Kerja Mahasiswa yang khusus mengurus UKM Fire sudah memberikan RAB kepada DEMA sebesar dua puluh juta dilayangkan setelah paguyuban mentaksir seluruh keperluan UKM Fire.
Sebelumnya Sidiq Pambudi, Koordinator Paguyuban UKM UIN, sudah melaporkan RAB itu kepada Kabag Umum dan Akademik, Rudi Hartono. Namun, sebelum PBAK dimulai, pihak DEMA hanya menjanjikan dana sebesar lima juta saja.
“Kita sudah memberikan lagi RAB H-10 PBAK dari hasil sesuai realita di lapangan itu mencapai 25 juta. Lah, sekarang jika DEMA hanya memberi 5 juta itu enggak bisa buat nutup DP,” ungkap Koordinator Paguyuban UKM.
Sedangkan dari pihak DEMA sendiri memiliki penjelasan di balik terlambatnya anggaran untuk kegiatan UKM Fire. Alasannya adalah tarup yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah (FIT) dicopot. Dampaknya, beberapa barang rusak dan terinjak-injak.
Seperti yang disampaikan oleh ketua DEMA, Aditya Putra Dermawan, “aku juga udah menyampaikan bahwa aku tidak ingin mendiskriminasi salah satu person, tapi, bagaimana enaknya jalan bareng, makanya uang saya tahan,” tandasnya.
Kegiatan UKM Fire ini tergabung dengan serangkaian kegiatan PBAK, sehingga tidak ada anggaran khusus untuk kegiatan UKM Fire. Mahasin juga mengatakan kalau panitia PBAK membantu kegiatan UKM Fire secara moral dan morel.
Solusi Pemerataan Anggaran PBAK dan UKM Fire
Koordinator Paguyuban bersama DEMA akhirnya mencari solusi masalah ini, agar kegiatan PBAK dan UKM Fire yang dirancang sebelumnya tetap berlangsung. DEMA memberikan dua opsi penawaran, seluruh fasilitas akan disediakan, atau semua kebutuhan akan diserahkan kepada panitia UKM Fire, kemudian DEMA akan membantu menganggarkannya.
Pihak UKM sepakat persiapan dibawahi oleh panitia UKM sendiri, dikarenakan acara UKM Fire adalah rangkaian proses pengenalan budaya non-akademik kampus yang akan menampilkan berbagai macam UKM sebagai wadah penyalur dan pengembang minat dan bakat mahasiswa.
Masih terkendala untuk menutup anggaran acara, Paguyuban bersama DEMA dan Ketua Panitia PBAK menemukan jalan keluar. Yakni menutup anggaran dengan pinjaman uang sebesar enam juta serta iuran masing-masing UKM tiga ratus ribu.
Saat ditanyai alasan DEMA begitu alot mengenai pencairan dana UKM Fire, Adit berdalih bahwa acara UKM tidak termasuk ke dalam RKKL PBAK. Dampaknya, mereka hanya mampu memberikan anggaran semaksimalnya. Paguyuban UKM semestinya tidak meminta anggaran secara administratif ke DEMA, karena pihak DEMA juga mengajukan dana PBAK ke kampus.
“Kan, DEMA bukan penyedia uang, apalagi DEMA bukan bank gitu, lo,” kata Adit ketika ditemui oleh tim LOCUS.
Mengingat kembali dalam pedoman umum pengenalan budaya akademik dan kemahasiswaan pada perguruan tinggi keagamaan Islam. Berbunyi “Kegiatan praktikum 3 pengenalan lembaga kemahasiswaan tata kelola kegiatan Ormawa (SEMA, DEMA, UKM/UKK, HMJ/HMPS) pengenalan pengurus lembaga kemahasiswaan. Metode-metode penyajian materi PBAK dapat dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan dialog, penugasan, mentoring (pembimbingan teman sebaya), atraksi (penampilan), uji kemampuan bakat dan kreatifitas”.
Berdasarkan putusan Direktur Jenderal Pendis Nomor 4962 Tahun 2016 di atas, penampilan UKM Fire adalah satu kesatuan dari praktik pengenalan lembaga kemahasiswaan yang wajib ada selama prosesi pengenalan budaya akademik kampus. Sehingga untuk masalah ini pihak kemahasiswaan memberikan konklusi kedepannya terkait pendanaan PBAK dan UKM Fire akan diberi wewenang sendiri-sendiri oleh kepanitiaan terkait.
“Jadi, solusinya itu tadi, dari Pak Rudi, kita (Paguyuban) akan diberi acara sendiri lalu uang sisa anggaran bisa diberikan untuk menutup acara UKM Fire,” tuturnya.
Hari Terakhir PBAK, Ajang Eksistensi Ormek
Hari ketiga mahasiswa baru UIN Raden Mas Said mendapat pembekalan tentang wawasan keindonesiaan dan keislaman oleh pemateri. Di hari terakhir PBAK itu, terik matahari menyelimuti lapangan kampus UIN Raden Mas Said Surakarta, saat mahasiswa baru hendak membuat koreografi paper mob di lapangan kampus, suasana sempat memanas. Bukan karena terik matahari, tapi pengusutan pencairan dana sebesar lima juta yang dijanjikan oleh DEMA kepada Paguyuban UKM yang belum juga direalisasi.
Pihaknya mengatakan, bahwa kemarin setelah selesai acara UKM Fire mereka tengah menjemput pemateri untuk hari itu di bandara, dan belum sempat mengambilnya dari rekening. Setelah pihak Paguyuban UKM melakukan protes di lapangan kampus dan meminta klarifikasi dari panitia, akhirnya dana tersebut diberikan.
Sore hari membersamai mahasiswa baru menuju gerbang keluar kampus, di seberang jalan berdiri mahasiswa dari berbagai latar belakang organisasi eksternal. Mereka melakukan kampanye untuk menarik mahasiswa baru. Kumpulan organisasi eksternal yang menamai diri sebagai Aliansi Cipayung itu sempat melakukan konsolidasi sebelum menuju gerbang kampus. Di lain sisi, teman-teman dari Paguyuban UKM menjaga gerbang keluar untuk meghindari adanya praktik penjaringan yang disertai provokasi. Perijinan untuk melangsungkan kampanye dari para organisasi eksternal di luar kampus tersebut belum jelas adanya.
Fenomena yang terjadi di kampus kita hari ini, rayuan dari mahasiswa pendamping agar masuk ke salah satu organisasi eksternal pun menjadi motif salah satu pengkaderan. Sebut saja, Rebecca dan Kanya (bukan nama sebenarnya), mengatakan kepada Locus bahwa setelah selesai Penutupan acara PBAK mereka mendapati mahasiswa pendampingnya mengenalkan organisasi ekternal dan mengajak bergabung dengan mereka. Hal ini disebut upaya kaderisasi terselubung dan bukti bahwa ormeksentrisme di kampus kita masih membudaya.
Dinamika PBAK menunjukkan bahwa belum adanya kesolidan antar-unsur elemen pendukung untuk menyukseskan masa orientasi. Karena PBAK di lingkungan PTKI merupakan langkah awal bagi mahasiswa baru untuk mengenal sejarah kampus, lembaga-lembaga kampus, jenis-jenis kegiatan akademik, sistem kurikulum, model pembelajaran, pimpinan PTKI dan lain-lainnya. Dsinilah hak peserta akan terpenuhi apabila seluruh penyelenggaraan dijalankan dengan semestinya.
Reporter: Avi, Lisya, Devi, Nafa, Atik, Aqil, Izza
Penulis: Avi, Nafa, Aqil
Editor: Devi