Hari Bebas Kendaraan Bermotor, Pegiat Lingkungan Ajak Tolak Plastik Sekali Pakai

  • By locus
  • Juli 25, 2022
  • 0
  • 389 Views
Gambar: Aqil/ LPM Locus

Ratusan orang yang tergabung dalam organisasi lingkungan dan relawan menggelar aksi pawai dengan membawa poster beserta figur monster ular plastik kemasan berjalan dari Bundaran Hotel Indonesia Jakarta menuju kawasan Dukuh Atas, bertepatan dengan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Jakarta, Minggu pagi (24/7).

Kampanye ini ditujukan untuk menolak penggunaan plastik sekali pakai. Para pegiat lingkungan turut mendesak produsen makanan dan minuman agar mengganti kemasan saset menjadi kemasan yang lebih ramah lingkungan. Pemerintah juga didesak untuk mengawasi penggunaan saset serta plastik sekali pakai.

Pawai monster plastik ini berhasil menarik antusiaswe warga dan memperoleh respons yang positif dari masyarakat yang melihatnya. “Bagus ya kampanyenya, ada monsternya, seengaknya kita jadi tersadarlah untuk mengurangi pemakaian plastik,” ujar Dewi.

Figur monster plastik yang diarak pada perayaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor berasal dari sampah plastik kemasan di sekjitar pantai. Tiza Mafira, relawan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik menyebutkan bahwa daur ulang bukanlah solusi alternatif untuk penanggulangan sampah plastik.

“Kita minta (plastik –red) dan saset ini tidak diproduksi, tidak menyampahi pantai kita. Apakah ada bukti saset bisa didaur ulang? Kan tidak,” ujar Tiza.

UNEP dan FAO dalam Our World in Data menyebutkan 70—80% sampah plastik di lautan berasal dari aktivitas di daratan, sedangkan 20—30%-nya berasal dari aktivitas manusia di lautan itu sendiri. Audit dari Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik menunjukan plastik saset kemasan Indofood menjadi penyumbang terbanyak sampah di pantai.  Hal ini tentu mengancam ekosistem di laut.

Mengutip laporan Greenpeace pada 2019 berjudul “Throwing Away The Future: How Companies Still Have It Wrong on Plastic Pollution “Solutions”” , terdapat 855 miliar kemasan sachet berbahan plastik dijual secara global selama 2018. Asia Tenggara menjadi pangsa pasar sebesar 50%.

Ranu, salah satu peserta aksi, membawa beberapa sampah galon sekali pakai Le Mineral. Menurutnya,  selain mencemari lingkungan, mikroplastik dalam galon sekali pakai tersebut juga mencemari tubuh manusia.

Enggak aman karena mengandung mikroplastik ya, yang (akibatnya –red) gak baik buat kesehatan, terutama dia kan buat minum sehari-hari,” ujar Ranu. “Masyarakat saat ini masih belum sadar seberapa bahayanya sampah ini bagi lingkungan. Padahal, mereka bisa bawa sendiri dari rumah kan, lebih hemat juga,” tutupnya.

Dalam aksi tersebut juga, tim inisiator aksi dari World Clean Up Day telah mengumpulkan sepuluh kantong berisi sampah-sampah plastik dan saset dari kawasan Car Free Day Jakarta kurang dalam 30 menit sebelum peserta aksi membubarkan diri.

“Hal ini menandakan tidak hanya produsen yang bertanggung jawab, tapi juga ada peran konsumen di sini. Kami mengajak rekan-rekan untuk lebih memperhatikan kesadaran terhadap lingkungan terutama sampah plastik ini,” kata perwakilan WCD.

 

Penulis         : Aqil Ahya Mumtaz

Editor           : Elsa Lailatul Marfu’ah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.