Fasilitas dan Adanya Tarif BLU Menjadi Kendala PBAK UIN Raden Mas Said Surakarta 2024
Kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Raden Mas Said Surakarta tahun 2024 telah dilaksanakan pada tanggal 19-21 Agustus. Acara yang diselenggarakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) tersebut mengusung tema “Membingkai Pendidikan Berbudaya, Membangun Peradaban Kampus”. Dengan menggunakan simbol Gajah, sosok yang gagah, berani, besar, yang bermakna bahwa semakin berani dan gagah itu, semakin siap dalam mengemban pertanggungjawaban yang besar. “Itu hasil riset teman-teman DEMA dari semenjak awal kepengurusan ini yang menurut kita masih related dan relevan ketika dibicarakan saat ini,” ucap Galuh, ketua PBAK.
Pada awal pembukaan PBAK yang dilaksanakan di lapangan kampus, turut menghadirkan Gusti Bhre Adipati Mangkunegara X sebagai guest star yang juga menjadi simbolisasi pemukulan gong bersama rektor pada pembuka acara PBAK di hari pertama. Selanjutnya, serangkaian acara dilakukan per fakultas di beberapa titik venue, dengan diisi materi-materi yang sudah disiapkan oleh panitia.
Namun saat terselenggaranya acara, terdapat kendala dalam pengondisian peserta PBAK. Fasilitas yang belum memadai seperti tempat yang harus terpisah-pisah setiap fakultas karena tidak adanya gedung yang dapat menampung seluruh mahasiswa baru menjadikan acara kurang efektif sehingga tidak sesuai rundown karena waktunya molor. Bukan hanya itu saja, kendala soal ibadah juga menjadi persoalan karena masjid yang baru direnovasi. “Jadi kita pindahkan ke mushola SBSN, di luar itu panitia juga menyediakan tempat salat di gedung D lantai 1, 2, dan gedung A lantai 1, lab lantai 2 tapi khusus panitia, dan di Fasya (fakultas syariah) tapi yang bisa akses anak Fasya karena itu yang memfasilitasi dari Fasya sendiri. Untuk wudhunya kita juga memasang air portabel di dekat tempat salat yang sudah disiapkan, tapi belum skala besar, kita masih menyiapkan 11 sampai 12 tempat untuk portabel,” jelas ketua PBAK, Galuh.
Selain itu, faktor kebijakan tarif BLU juga berpengaruh bagi kegiatan, termasuk kegiatan UMKM yang terkena pajak dari BLU. Tarif BLU bukan hanya menargetkan kepada masyarakat umum, tetapi mahasiswa juga menjadi target pada tarif tesebut. “Karena kampus kita BLU ya, itu menjadi trobosan bahwa kampus kita perlu dijual di luar. Namun, yang masih jadi PR kita, kenapa pada mahasiswa UIN itu menjadi target dari penjualan BLU ini?” ucap Galuh.
Ketimpangan Informasi Antara Mahasiswa Jalur Mandiri dan Reguler di PBAK 2024
Di balik semaraknya PBAK 2024, terkuak problematika yang menjadi tanda tanya di benak beberapa pihak. Hal ini berupa ketimpangan informasi yang dialami mahasiswa baru (maba) jalur mandiri dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang masuk melalui jalur reguler, SPAN dan UM-PTKIN. Perbedaan perlakuan dalam penyampaian informasi ini sangat terasa tak adil bagi mereka yang berharap bisa mengawali langkah di dunia akademik dengan masa pengenalan yang biasanya terkesan sangat meriah dan menyenangkan.
Galuh Surya Pamungkas, Ketua Panitia PBAK 2024, tak menampik adanya disparitas ini. Ia mengungkapkan bahwa proses administrasi yang terlambat bagi mahasiswa jalur mandiri menjadi akar persoalannya. “Mahasiswa jalur mandiri baru menyelesaikan daftar ulang pada 19 Agustus 2024, yang bertepatan dengan tenggat pelaksanaan PBAK. Hal ini membuat waktu yang tersedia untuk penyebaran informasi menjadi sangat terbatas,” ujar Galuh.
Panitia di tengah himpitan waktu dan kendala teknis telah berusaha menjalin koordinasi dengan penanggung jawab di setiap fakultas untuk memastikan informasi sampai kepada mahasiswa jalur mandiri. Namun, tak dapat dipungkiri mereka yang tergabung dalam jalur minat bakat harus menelan pil pahit di mana sebagian dari mereka baru bisa mengikuti PBAK pada tahun berikutnya.
“Kami telah mengupayakan agar contact person di setiap fakultas bisa membantu menyampaikan informasi kepada mahasiswa mandiri. Namun, sayangnya keterbatasan waktu dan administrasi membuat mereka tidak bisa ikut PBAK tahun ini dan akan diikutsertakan pada tahun depan,” jelas Galuh.
Sementara itu, mahasiswa jalur reguler yang masuk melalui SPAN dan UM-PTKIN sudah mendapat gambaran utuh mengenai jadwal, kegiatan, dan prosedur PBAK sejak jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan. Informasi tersebut diterima melalui berbagai jalur komunikasi kampus, seolah mengalir lancar tanpa hambatan. Sebaliknya, mahasiswa jalur mandiri harus bergulat dalam ketidakpastian dan perasaan tertinggal.
“Informasi untuk jalur mandiri sangat terlambat. Banyak teman-teman saya yang kebingungan soal alur PBAK dan merasa ketinggalan dibanding mahasiswa reguler,” keluh salah satu mahasiswa jalur mandiri dengan raut wajah muram.
Tak hanya hal itu, mahasiswa jalur mandiri juga resah, mereka harus mencari informasi untuk masuk grup. Sedangkan di pendaftaran, mereka sudah melampirkan nomor untuk dihubungi dan dimasukkan grup. “Cuma pemberitahuan grup dari WA (Whatsapp) tuh lambat. Kan kita dah naruh nomor kita di pendaftaran kenapa kita harus mencari itu. Udah dimasukin nomornya kan, tapi kenapa malah kita yang harus cari sendiri lagi,” ujar Ikhmad Aqoid, salah satu mahasiswa baru jalur mandiri.
Panitia berharap bahwa ketidaksempurnaan yang terungkap tahun ini bisa menjadi pelajaran berharga. Pada masa depan, sinergi antara rektorat, fakultas, dan panitia diharapkan lebih kuat sehingga tidak ada lagi ketimpangan informasi. Mereka yang memasuki gerbang pendidikan melalui jalur mandiri diharapkan mendapatkan hak yang sama.
Seminar “Digital Finance” Mengajak Mahasiswa Melek akan Keuangan Digital dan Terhindar dari Penipuan
Hari ketiga sekaligus hari terakhir penyelenggaraan PBAK (Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan) 2024 di UIN Raden Mas Said Surakarta berlangsung pada Rabu, 21 Agustus 2024. Pada hari penutupan ini, mahasiswa baru disuguhkan dengan serangkaian acara menarik. Dimulai dari selebrasi papermob, acara seminar, materi pembekalan keorganisasian, dan diakhiri dengan Grand Closing PBAK yang meriah.
Setelah dirasa telah terkondisikan, selanjutnya para peserta PBAK diminta untuk mensterilkan area lapangan utama. Peserta yang mengikuti selebrasi tetap tinggal di sekitar area lapangan utama, sedangkan sebagian peserta lain yang mengikuti seminar diarahkan ke halaman depan gedung Ma’had al-Jamiah. Ketua panitia PBAK, Galuh Surya Pamungkas, mengungkapkan bahwa mahasiswa yang sehat dan tidak sedang atau memiliki riwayat sakit tertentu diwajibkan untuk mengikuti selebrasi. Sedangkan mahasiswa dengan kondisi fisik lebih lemah diarahkan untuk mengikuti seminar. Hal ini karena selebrasi dilakukan di tengah lapangan di bawah panas terik matahari selama lebih dari satu jam.
Tenda yang membentengi seluruh pelataran di depan gedung Ma’had al-Jamiah dari serangan terik matahari, pukul 08.30 para mahasiswa mulai bernaung di bawahnya. Para peserta duduk lesehan di tikar yang telah disediakan dan harus menunggu sekitar setengah jam sebelum akhirnya seminar dimulai. Seminar bertajuk “Seminar Peminatan” itu menggandeng pihak OJK (Otoritas Jasa Keuangan), BEI (Bursa Effect Indonesia) dan IPOT (Indo Premiere Online Technology) sebagai sponsor sekaligus pemateri/pengisi seminar.
Selaku Ketua Panitia, Galuh memberi alasan terkait mengapa tema “digital finance” dipilih dan pada akhirnya menggandeng ketiga pihak tersebut. “BEI itu kan kerjasama dengan kampus dengan pihak rektorat, di situ kita bikin seminar apa? Kita bikin seminar digital finance, kenapa kita bikin itu? Karna kita rasa banyak sekali masyarakat umum, terkhusus mahasiswa ya, mahasiswa UIN juga, itu banyak banget modus MLM yang nanti jatuhnya ke penipuan, dan banyak juga pinjol, dan sebagainya, banyak yg mereka pusing soal manajerial keuangan, maka dari itu perlunya kita siapkan digital finance kali ini, harapannya agar tidak terjadi hal-hal tersebut di masyarakat umum khusus di mahasiswa UIN sendiri,” ujarnya.
Seminar sesi pertama diisi oleh pemateri dari pihak OJK dan dilanjutkan oleh pemateri dari BEI pada sesi kedua. Setelah memperkenalkan profil masing-masing badan, peserta diberi edukasi dan materi terkait dengan manajerial keuangan, investasi legal, pasar modal dan materi keuangan lainnya. Materi terakhir diisi oleh pihak IPOT, menurut website resminya, IPOT sendiri adalah platfrom investasi saham dan reksadana terbesar di Indonesia yang diluncurkan oleh PT Indo Premiere Sekuritas. Pada sesi seminar terakhir ini, mahasiswa dipandu untuk membuat akun/registrasi IPOT dan melakukan investasi pertama oleh pemateri dan beberapa orang tim yang telah dikerahkan untuk membantu proses registrasi.
Para peserta selanjutnya berkutat dengan smartphone-nya masing-masing. Melalui langkah demi langkah proses registrasi, mulai dari memasukkan nama hingga menginput data-data pribadi seperti foto KTP sampai domisili dan keterangan penghasilan orang tua. Sebelumnya memang para peserta diminta membawa resitasi seminar berupa KTP dan handphone yang telah terisi kuota, sampai pada akhirnya akun berhasil dibuat dan melakukan investasi pertama. Pada sesi ini, banyak mahasiswa yang mengalami kendala terutama sinyal yang buruk, bahkan ada juga mahasiswa yang tidak melakukan registrasi karena mengaku takut akan keamanan data-data pribadinya sampai ada yang menganggap investasi hukumnya haram.
Terkait dengan keselamatan data-data pribadi yang diinput oleh mahasiswa saat aktivasi akun, Galuh dengan yakin menyatakan, “saya jamin itu aman karena memang lembaga resmi bursa efek itu sendiri dan bekerja sama juga dengan FEBI dan dengan rektor khusus itu juga bekerja sama, itu mengait beberapa bank salah satunya BSI disitu, jadi dipastikan itu aman, kenapa saya berani bilang begini? Kitakan bayar UKT lewat BSI ya, dan aturan khusus dari pemerintah ketika ingin registrasi dan lain sebagainya pasti menunjukkan data diri itu, misalkan ga menunjukkan data diri tapi aktivasi akun, itu malah tidak-tidak aman, karna tidak ada no khusus yg mengamankan data tersebut, jadi saya pastikan itu aman dan lembaga yg kita kaitkan itu resmi,” tambah Galuh.
Arum, salah seorang mahasiswi dari fakultas syariah yang berhasil melakukan aktivasi akun IPOT, mengaku mendapatkan benefit dari seminar ini. “Aku jadi bisa tahu bagaimana berinvestasi tentang kedepannya, sebelumnya aku belum pernah ada niatan berinvestasi, ya karena mungkin belum percaya,” ujar Arum. Begitu juga yang dirasakan oleh Nafisa, mahasiswi dari fakultas ushuluddin & dakwah yang menyatakan, “kami sebagai anak muda mendapatkan edukasi tentang masalah yang sering kami hadapi yakni tentang sulitnya memanajemeni keuangan”. Walaupun begitu Nafisa mengaku tidak berhasil melakukan registrasi akun karena terkendala oleh sinyal yang buruk.
Galuh sendiri mengungkapkan tujuan dari seminar ini adalah edukasi mahasiswa-mahasiswa baru supaya melek dengan keuangan digital dan mengantisipasi penipuan-penipuan yang sedang marak terjadi. ”Yang pasti maba lebih rawan lagi membicarakan soal keungan digital dan juga panitianya juga lebih rawan karna targetnya ga hanya mahasiswa baru aja ya, panitia pun jadi target ya, dan maba akan lebih tahu cara mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan penipuan seperti MLM tadi, dan embel-embel pinjol, dan lain sebagainya, jadi lebih ke situ sih benefit-nya,” tutupnya.
Reporter : Farhan, Lutfi, Serli, Ica, Virgi, Khansa, Kurniawan, Rike, Satriya
Editor : Izza