“Astagfirullah! Beli kuota 75 ribu buat kuliah sebulan masih kurang juga . .” keluh salah satu mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta yang bernama Puput, ketika smartphone-nya menampilkan notifikasi dari provider yang menginformasikan bahwa kuotanya telah habis. Kuota internet menjadi salah satu penunjang Puput untuk mengakses kuliah secara online. Sehingga ketika kuotanya habis, ia tidak bisa lagi mengikuti kuliah online.
Terhitung semenjak adanya Surat Edaran (SE) Rektor IAIN Surakarta Nomor 03/2020 Tentang Tindakan Antisipasi Pencegahan Infeksi Virus Corona (COVID-19) di Lingkungan IAIN Surakarta, maka semua civitas akademik yang berada di IAIN Surakarta melakukan tugas dan kewajibannya dari rumah. Awalnya memang hanya dua minggu, tetapi karena pandemi yang sukar untuk dikendalikan, pembelajaran daring terus diperpanjang hingga saat ini.
Walaupun kuliah dilakukan secara online tetapi Puput, mahasiswa UIN Raden Mas Said prodi Sastra Inggris telah menghabiskan hampir satu setengah tahun ini berada di Kartasura. Ia rela meninggalkan Nganjuk demi mendapat kenyamanan dan ketenangan dalam belajar. Di rumahnya banyak anak kecil yang menyulitkan dia berkonsentrasi saat belajar. Bukan perkara mudah memang merantau demi menimba ilmu, tapi dia tak menyangka akan sesulit ini. Selain biaya kost dan makan sehari-hari, ia masih harus memikirkan biaya kuota internet.
Selama perkuliahan daring ini, ia juga merasa haknya sebagai mahasiswa belum terpenuhi. Seperti saat jam mata kuliah sudah habis tetapi materi belum tersampaikan sepenuhnya. Banyak juga dosen yang mengharuskan mahasiswa untuk on-cam, kalau tidak on-camera kemudian ketika dipanggil tidak menyaut langsung dianggap tidak masuk. Padahal tidak semua koneksinya bagus. Dia juga merasa bantuan kuota yang diberikan kampus kurang tepat waktu pemberiannya.
“Dikasihnya itu malah pas mau ujian sama pas liburan, kalau aja kuotanya dikasih pas lagi masa pembelajaran kayak gini, mahasiswa bakal ngerasa kebantu banget,” tambahnya.
Sementara itu Widya Purwaningsih, mahasiswa Sastra Inggris sedang duduk di kursi ruang tengah rumahnya sambil memainkan layar smartphone-nya. Jarinya berhenti ketika membaca sebuah postingan yang berisi pemberitahuan mengenai beberapa perguruan tinggi di Solo Raya yang melaksanakan perkuliahan tatap muka.
Ada dua Universitas yang melaksanakan tatap muka yaitu Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Berdasarkan Surat Edaran (SE) Nomor 87/UN27/PK.01.03/2021 tentang Perkuliahan Tatap Muka Mahasiswa Program Sarjana dan Diploma Universitas Sebelas Maret yang telah diterbitkan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof. Ahmad Yunus, maka UNS resmi melakukan pembelajaran tatap muka pada tanggal 6 September 2021. Sedangkan Universitas Muhammadiyah Surakarta akan mulai melaksanakan perkuliahan tatap muka pada bulan Oktober 2021.
“Kapan aku akan segera merasakannya?” Widya melontarkan sebuah pertanyaan penuh rasa iri. Karena sebagai mahasiswa semester 3, ia belum pernah sekalipun merasakan duduk di bangku kuliah, bertatap muka langsung dengan dosen, dan bertegur sapa dengan kawan sebayanya.
Bagi Widya kegiatan perkuliahan yang dilakukan secara daring membuat mental dan semangat belajar mahasiswa menurun. Faktor yang pertama justru datang dari orang tua. Mereka kadang tidak bisa mengerti ketika anaknya berdiam diri di kamar sepanjang hari menghadap laptop atau smartphone bukan berarti sedang bermalas-malasan, melainkan sedang menghadapi setumpuk tugas.
Kemudian ketidakefektifan perkuliahan online, seperti suara bising dari luar rumah yang mengganggu, sinyal yang tidak bisa diperkirakan selalu bagus, dan suasana kelas yang membosankan. Belum lagi deadline pengumpulan tugas yang waktunya singkat dan terkadang berbenturan dengan mata kuliah lain. Hal itu membuatnya kewalahan dalam membagi waktu selama masa pandemi ini.
Ada satu lagi faktor yang paling membuat semangat mengikuti perkuliahan online menurun, yaitu ketika biasanya orang yang akan berangkat kuliah harus mandi, berpakaian rapi, sarapan, lalu mengendarai motor menuju kampus, kini hal itu tidak lagi harus dilakukan. Setelah bangun tidur, hanya perlu mencuci muka, mengenakan jilbab lalu mengikuti perkuliahan. Semua hal ini semakin lama semakin menyebalkan dan menjenuhkan baginya. Widya benar-benar ingin merasakan kuliah secara offline seperti yang dilakukan di UNS dan UMS.
Aris Hidayatullah dosen Prodi Sastra Inggris menanggapi perihal perkuliahan tatap muka yang dilakukan beberapa universitas. Menurutnya hal tersebut tergantung dari kampus masing-masing. Beliau menjelaskan jika dilihat dari perspektif mahasiswa dan juga akademisi kampus, memang sangat dibutuhkan karena pembelajaran tatap muka itu salah satu metode yang paling efektif dalam melakukan sebuah perkuliahan. Beliau juga menekankan bahwa meskipun harus mematuhi protokol jika tatap muka, itu jauh lebih efektif daripada pembelajaran online. Apalagi untuk mata kuliah yang membutuhkan praktikum. Apabila dilakukan secara tatap muka bisa tercover dengan baik dan bisa dilakukan secara menyeluruh.
Kalau untuk perspektif nakes dan pemerintah, Aris meyakini pemerintah juga mendukung pembelajaran tatap muka, akan tetapi melihat dari keadaan terbaru ini, bisa dilakukan dengan tetap menaati prokes. Dalam urgensinya beliau melihat pembelajaran tatap muka itu sangat penting sekali dilakukan, mengingat karena sekarang ini keadaannya lebih baik dari sebelumnya sehingga pembelajaran akan lebih terasa dan ilmu bisa disalurkan dengan baik.
Perihal perkuliahan tatap muka, Wakil Rektor UIN Raden Mas Said, Prof. Dr. KH. Syamsul Bakri, S.Ag. M.Ag. menyambut baik adanya hal itu. Ia juga mengatakan mulai bulan Oktober 2021 UIN Raden Mas Said akan melakukan kuliah tatap muka. Semua persiapan sudah siap baik protokol kesehatan maupun ruangan. Hanya saja setiap fakultas bisa jadi modelnya berbeda. Ada fakultas yang punya ruangan lebih besar dan ada fakultas yang mempunyai ruangan kecil.
Hal itu dibenarkan oleh Rektor UIN Raden Mas Said, Prof. Dr. H. Mudhofir, S.Ag., M.Pd. melalui SE nomor 30 tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Kuliah Tatap Muka (PTM) UIN Raden Mas Said Surakarta yang beredar pada tanggal 23 September 2021, PTM akan dimulai tanggal 1 Oktober 2021 dengan beberapa ketentuan.
Ketentuan dibagi menjadi 2 yaitu ketentuan umum, dan ketentuan khusus. Untuk ketentuan umum diantaranya PTM dilakukan apabila mendapat izin dari satgas Covid daerah Sukoharjo, PPKM wilayah Sukoharjo turun minimal level 2, satuan tugas Covid UIN RMS bersama-sama fakultas, dan pascasarjana melakukan mitigasi terhadap kesiapan protokol kesehatan, dan untuk teknisnya diserahkan kepada masing-masing fakultas.
Sedangkan ketentuan khusus mengatur tentang mahasiswa, dosen, pengaturan jadwal, sarana prasarana, tim pelaksana PTM terbatas, Unit-unit lain terkait (perpustakaan, pusat pengembangan bahasa, laboratorium, masjid kampus, poliklinik kampus), dan ketentuan lain.
Reporter : Hamzah, Faisal, Zai, Yuliana Hanung
Editor : Elsa L
Redpel : Nurul F